Artikel ini akan jadi panduan ringan buat Sahabat Qwords yang pengen tahu apa itu Headless CMS, gimana cara kerjanya, bedanya dengan CMS biasa, sampai rekomendasi Headless CMS ringan dan gratis yang bisa langsung kamu pakai untuk proyek pribadi maupun bisnis.
Apa Itu Headless CMS?
Headless CMS (Content Management System) adalah sistem manajemen konten yang memisahkan backend dengan frontend. Backend di sini berfungsi buat menyimpan, mengelola, dan mengatur konten, sedangkan frontend adalah bagian yang menampilkan konten ke pengguna.
Kenapa disebut headless? Karena CMS ini tidak punya “kepala” alias tampilan bawaan. Konten hanya disajikan lewat API (biasanya REST API atau GraphQL), dan frontend yang bebas Sahabat Qwords bangun pakai framework modern seperti Next.js, React, Vue, Svelte, atau bahkan aplikasi mobile.
Dengan pendekatan ini, Sahabat Qwords bisa pakai satu sumber konten yang sama untuk banyak platform, seperti website, mobile apps, bahkan perangkat IoT.
Bedanya Headless CMS dan CMS Biasa
Sebelum masuk ke rekomendasi, penting buat tahu dulu perbedaan dasarnya antara Headless CMS dan CMS biasa.
CMS Biasa (Tradisional) | Headless CMS |
---|---|
Frontend + Backend jadi satu | Backend aja, frontend dipisah |
Konten langsung ditampilkan di halaman | Konten disajikan lewat API |
Fleksibilitas terbatas, tergantung tema/plugin | Super fleksibel, bisa dipakai di banyak platform |
Cocok untuk website sederhana | Cocok untuk proyek multichannel dan skala besar |
Mudah dipakai untuk pemula | Butuh sedikit skill teknis lebih |
Singkatnya, kalau Sahabat Qwords mau bikin website blog biasa, CMS tradisional seperti WordPress udah cukup. Tapi kalau kamu pengen fleksibilitas tinggi dan bisa dipakai di banyak channel sekaligus, Headless CMS adalah jawabannya.
Rekomendasi Headless CMS Ringan dan Gratis
Sekarang kita masuk ke bagian utama. Dari sekian banyak opsi yang ada di pasaran, berikut adalah Headless CMS ringan dan gratis yang cocok buat kamu mulai dari proyek kecil sampai eksperimen pribadi.
1. Strapi
Kalau ngomongin Headless CMS open-source paling populer, nama Strapi pasti selalu muncul.
- Keunggulan:
- 100% open-source
- Mendukung REST API & GraphQL
- Bisa di-self-hosting
- Admin panel intuitif dengan drag-and-drop
- Kekurangan: Versi gratisnya nggak selengkap yang berbayar, plus butuh hosting sendiri.
Kalau kamu butuh kontrol penuh dan suka ngoprek, Strapi adalah pilihan aman. Banyak developer global pakai ini buat proyek serius.
2. Ghost CMS
Awalnya Ghost dikenal sebagai platform blogging alternatif WordPress. Tapi belakangan, Ghost juga bisa dipakai sebagai Headless CMS.
- Keunggulan:
- SEO bawaan
- Rich content editor yang ringan dan modern
- Open source dan bisa self-hosted
- Kekurangan: Fitur lebih fokus ke publishing/blogging, kurang cocok buat aplikasi kompleks.
Kalau Sahabat Qwords mau bikin blog atau portal konten yang cepat, Ghost CMS adalah opsi yang kece.
3. Netlify CMS
Buat kamu yang suka main di Jamstack atau static site generator (misalnya Hugo, Gatsby, atau Next.js), Netlify CMS wajib dicoba.
- Keunggulan:
- Gratis dan open-source
- Terintegrasi dengan Git (GitHub, GitLab, Bitbucket)
- Editor-friendly UI
- Real-time preview
- Kekurangan: Butuh sedikit setup teknis untuk integrasi ke repo.
Jika kamu developer yang kerja bareng tim konten, Netlify CMS bikin workflow jadi simpel banget.
4. Directus
Directus itu unik karena bisa langsung mengubah database SQL kamu jadi API yang siap dipakai.
- Keunggulan:
- 100% open-source
- Mendukung database populer (MySQL, PostgreSQL, dll.)
- UI ramah pengguna, bahkan tanpa coding
- Kekurangan: Lebih cocok buat developer; pengguna awam mungkin agak bingung di awal.
Jika Sahabat Qwords sudah punya database sendiri, Directus bisa jadi solusi cepat untuk manajemen konten.
5. Sanity
Sanity dikenal sebagai CMS modern yang dipakai brand besar kayak Nike, National Geographic, dan Figma.
- Keunggulan:
- Gratis selamanya untuk paket dasar
- Real-time collaboration (tim bisa edit bareng)
- Bisa disesuaikan schema dan endpoint-nya
- Kekurangan: Butuh waktu belajar (learning curve) lebih tinggi.
Kalau kasusnya kamu sudah punya tim konten yang aktif banget, Sanity jadi pilihan pas. Gratisnya juga cukup powerful.
6. Storyblok
Kalau kamu pengen Headless CMS tapi tetap kangen sama pengalaman drag-and-drop ala CMS tradisional, Storyblok bisa jadi solusi.
- Keunggulan:
- Editor visual realtime
- Multi-bahasa bawaan
- Cocok untuk e-commerce & website global
- Kekurangan: Versi gratis terbatas jumlah user dan fitur.
Storyblok cocok buat Sahabat Qwords yang lebih nyaman dengan UI visual tapi tetap mau fleksibilitas Headless.
7. WordPress (Headless Mode)
WordPress juga bisa dipakai sebagai Headless CMS. Caranya? Pakai backend WordPress untuk kelola konten, tapi frontend dibangun pakai Next.js, React, atau Vue.
- Keunggulan:
- Familiar dan komunitas besar
- REST API bawaan
- Banyak plugin gratis
- Kekurangan: Butuh ekstra konfigurasi buat keamanan dan performa.
Jika kamu sudah terbiasa sama WordPress, mode headless bisa jadi jembatan sebelum pindah ke CMS full headless.
Sahabat Qwords Harus Pakai yang Mana ?
- Untuk developer yang suka ngoprek: Strapi & Directus
- Untuk blogging & konten editorial: Ghost CMS
- Untuk Jamstack & static site: Netlify CMS
- Untuk tim besar & kolaborasi real-time: Sanity
- Untuk yang suka UI visual: Storyblok
- Untuk yang familiar WordPress: WordPress Headless Mode
Headless CMS memang lagi naik daun karena fleksibilitas, performa, dan skalabilitasnya. Kamu bisa pakai satu sumber konten untuk berbagai platform tanpa terikat tampilan bawaan.
Kalau mau coba yang gratis dan ringan, opsi seperti Strapi, Netlify CMS, Directus, Sanity, Ghost CMS, hingga Storyblok bisa jadi start yang bagus.
Dengan kombinasi framework modern seperti Next.js atau React, hasilnya bakal lebih powerful, cepat, dan siap untuk masa depan.