Pernah nggak, Sahabat Qwords, kamu lagi asyik scroll website favorit tiba-tiba halaman error dan loading lama banget? Rasanya langsung ilfeel, kan? Nah, hal yang sama bisa terjadi pada sebuah bisnis kalau mereka tidak punya Disaster Recovery (DR) yang solid.
Di era serba digital seperti sekarang, sistem IT itu ibarat “denyut nadi” perusahaan. Begitu ada masalah entah server mati, cyber-attack, atau bahkan human error, semuanya bisa berhenti seketika.
Inilah kenapa konsep Disaster Recovery sangat penting, terutama buat kamu yang ingin memahami bagaimana perusahaan modern menjaga stabilitas sistemnya.
Yuk, kita bahas artikel ini bersama-sama!
Apa Itu Disaster Recovery dalam IT?
Disaster Recovery adalah rencana dan strategi untuk memulihkan sistem, data, software, dan infrastruktur IT setelah terkena gangguan atau bencana.
Bencana di sini bukan cuma banjir atau gempa, ya. Dalam dunia IT, “disaster” bisa berupa:
- Server down mendadak
- Ransomware atau malware menyerang
- Listrik data center mati
- Jaringan internet bermasalah
- Salah konfigurasi saat deploy
Dengan adanya disaster recovery plan, bisnis bisa tetap berjalan normal meskipun insiden terjadi.
Bisa dibilang, Disaster Recovery (DR) itu seperti power bank yang kamu bawa saat traveling penyelamat saat baterai kehidupan digital hampir habis.
Kenapa Disaster Recovery Penting?
Sahabat Qwords, dunia digital tidak hanya butuh inovasi, tapi juga resilience.
Tanpa Disaster Recovery (DR), sebuah perusahaan berisiko mengalami:
- Downtime panjang yang bikin pelanggan kabur
- Kehilangan data penting, termasuk data transaksi
- Kerugian finansial yang jumlahnya bisa ratusan juta
- Reputasi buruk, karena pengguna menganggap layanan tidak andal
Bayangkan kamu sedang menjalankan bisnis e-commerce. Saat big sale, tiba-tiba server down.
Bayangkan, jika tanpa Disaster Recovery (DR), bukan hanya traffic yag hilang kepercayaan pelanggan juga ikut melayang.
Komponen Penting dalam Disaster Recovery
Sebelum membuat rencananya, yuk pahami dulu komponen inti Disaster Recovery (DR) yang wajib kamu kenal:
1. Recovery Time Objective (RTO)
Berapa lama sistem boleh berhenti sebelum dianggap “gawat”? RTO menentukan batas waktu maksimal pemulihan sistem.
2. Recovery Point Objective (RPO)
Berapa banyak data yang boleh hilang? Semakin kecil angka RPO, semakin sering backup harus dilakukan.
3. Backup Strategy
Biasanya terdiri dari:
- Full Backup
- Incremental Backup
- Differential Backup
- Snapshot otomatis berbasis cloud
4. Infrastruktur Cadangan
Bisa berupa server mirror, failover system, atau cloud Disaster Recovery (DR) yang aktif 24/7.
5. Dokumentasi & SOP
Instruksi detail untuk tim ketika bencana terjadi, DR harus jelas, terstruktur, dan minim ambiguitas.
Contoh Disaster Recovery Plan?
Ada beberapa jenis dari Disaster Recovery Plan yang bisa kamu gunakan, sesuai dengan kebutuhan dan keadaan spesifik dari suatu perusahaan.
Yuk, kita pelajari bersama-sama!
1. Backup & Restore DRP
Rencana pemulihan yang mengandalkan backup berkala baik berupa file, database, maupun snapshot sistem.
Saat terjadi insiden, data dipulihkan dari backup terakhir. Cocok untuk bisnis kecil hingga menengah.
2. Cold Site DRP
Perusahaan menyiapkan lokasi cadangan (cold site) yang kosong tanpa server aktif namun siap diisi perangkat ketika bencana terjadi.Biayanya murah, tapi waktu pemulihan cukup lama.
3. Warm Site DRP
Mirip cold site, tetapi sudah memiliki sebagian infrastruktur, seperti server dan jaringan yang siap digunakan.
Waktu pemulihan lebih cepat, biaya menengah.
4. Hot Site DRP
Lokasi cadangan yang sudah berfungsi penuh dan sinkron dengan data center utama.
Sistem bisa otomatis berpindah ketika terjadi gangguan. Paling cepat, namun paling mahal.
5. Cloud-Based Disaster Recovery
Mengandalkan layanan cloud untuk backup, failover, hingga replikasi data secara real-time.
Biaya fleksibel, mudah diatur, dan sangat cocok untuk perusahaan digital.
Cara Membuat Disaster Recovery Plan (DRP)
Nah, Sahabat Qwords, ini bagian paling praktis dan actionable untuk kamu.
DRP bukan dokumen tebal yang “dipajang” saja. Ia harus hidup, bisa digunakan kapanpun, dan mudah dipahami oleh semua orang di tim.
Berikut langkah-langkahnya:
1. Identifikasi Risiko (Risk Assessment)
Catat potensi ancaman mulai dari cyber-attack, kerusakan hardware, listrik padam, kesalahan konfigurasi, hingga bencana alam.
2. Lakukan Business Impact Analysis (BIA)
Tanyakan hal ini:
- Kalau sistem A down, apa dampaknya ke bisnis?
- Berapa biaya downtime per jam?
- Proses apa yang paling kritis?
Sahabat Qwords pasti sudah tahu, kalau data driven decision adalah segalanya!
3. Tentukan Prioritas Sistem
Tidak semua sistem harus dipulihkan duluan. Mana yang paling penting?
- Database?
- Server API?
- Website utama?
- Payment gateway?
Urutkan berdasarkan criticality level!
4. Buat Strategi Backup & Restore
Pilih metode backup yang sesuai:
- Backup harian
- Snapshot setiap 5–10 menit
- Cloud replication
- Geo-redundant backup
Backup yang baik bukan hanya ada, tapi bisa dipakai saat keadaan darurat.
5. Siapkan Infrastruktur Cadangan
Ini bisa berupa:
- Cloud Disaster Recovery
- Server failover otomatis
- Data center cadangan
- Container-based system yang mudah di deploy ulang
Pilihan modern biasanya menggunakan cloud karena scalable, fleksibel, dan cepat.
6. Susun SOP Pemulihan yang Jelas
Buat panduan seperti:
- Siapa yang bertanggung jawab?
- Apa langkah pertama?
- Bagaimana proses restore?
- Bagaimana komunikasi internal & eksternal?
Dokumen harus ringkas, jelas, dan mudah dieksekusi bahkan dalam kondisi panik.
7. Lakukan Testing Secara Berkala
Tanpa testing ibarat punya payung tapi tidak pernah dibuka. Kamu nggak tahu berfungsi atau tidak. Minimal tes 2–4 kali per tahun.
Tips Disaster Recovery yang keren untuk kamu!
Sahabat Qwords, ini rekomendasi biar Disaster Recovery (DR) kamu lebih modern, effortless, dan tetap efektif:
- Gunakan cloud untuk backup otomatis lebih aman dan tidak repot.
- Terapkan enkripsi dan Multi-Factor Authentication.
- Pastikan semua backup punya label dan versioning yang rapi.
- Buat SOP singkat 1–2 halaman untuk emergency situation.
- Review strategi backup setiap kali ada update teknologi.
- Simulasikan skenario disaster dengan seluruh tim.
Ini Saatnya Untuk Kamu Take Action!
Disaster Recovery bukan hal teknis yang rumit ia adalah fondasi utama untuk menjaga bisnis tetap berjalan meski dalam kondisi terburuk.
Dengan memahami konsepnya, menyusun langkah-langkah DRP, serta menerapkan tips yang modern dan relevan, kamu bisa memastikan perusahaan tetap tangguh, efisien, dan baik untuk masa depan.
Sahabat Qwords, ingat bahwa kesiapan adalah kunci. Semakin matang kamu merencanakan Disaster Recovery Plan, semakin siap bisnismu menghadapi tantangan digital apa pun di masa depan.
Jadi, yuk mulai siapkan DRP yang solid dari sekarang!

